LAPORAN
PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PEMANENAN
TANAMAN TEH
Dalam
Rangka
PENDIDIKAN
SISTEM GANDA (PSG)
DI
PT.
PAGILARAN

Nama : Ahmad
Shochiful
Nis : 0095
Program
Studi Keahlian : Agribisnis Tanaman
Pangan Dan Hortikultura
SMK
MA’ARIF NU NUSAHADA REBAN
KABUPATEN
BATANG
TAHUN
PELAJARAN 2014/2015
Jl.
Reban-Limpung Km.2 Desa Padomasan
Kecamatan Reban Kabupaten Batang
LAPORAN
PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PEMANENAN
TANAMAN TEH
Dalam
Rangka
PENDIDIKAN
SISTEM GANDA (PSG)
DI
PT.
PAGILARAN
Disusun oleh:
Nama : Ahmad
Shochiful
Nis : 0095
Program
Studi Keahlian : Agribisnis Tanaman
Pangan Dan Hortikultura
DisusunGunaMelengkapiSyarat-Syarat
DalammengikutiUjianSekolah/Nasional
TAHUN
PELAJARAN 2015/2016
Tanggalditerima :
Tanggaldisetujui :
Mengetahui,
Pimpinan DU/DI Pembimbing/Instruktur
LAPORAN
PRAKTIK KERJA INDUSTRI
PEMANENAN
TANAMAN TEH
Dalam
Rangka
PENDIDIKAN
SISTEM GANDA (PSG)
DI
PT.
PAGILARAN
Disusun oleh:
Nama : Ahmad
Shochiful
Nis : 0095
Program
Studi Keahlian : Agribisnis Tanaman
Pangan Dan Hortikultura
DisusunGunaMelengkapiSyarat-Syarat
DalammengikutiUjianSekolah/Nasional
TAHUN
PELAJARAN 2015/2016
Tanggalditerima :
Tanggaldisetujui :
Ketua Progrm STUDI,
Siti Muntafiah, S.P
NIP:
|
Guru Pembimbing,
Anita
Handayani, S.Pd
NIP:
|
Mengetahui,
Kepala Sekolah,
Dwi Hartono, S.H.I
NIP:
|
Waka Humas,
Eko Nindito, S.Pd
NIP:
|
KATA PENGANTAR
Dengan
memanjatkan puji syukur kehadirat allah swt, yang telah melimpahkan rahmatnya
sehingaa penulis dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul “pemanenan tanaman teh” .
Laporan
ini penulis susun guna memenuhi salah satu syarat tanda bukti telah
melaksanakan praktik kerja industri (PRAKERIN) yang telah dilaksanakan di
PT.PAGILARAN Batang pada tanggal
Dalam kesempatan ini penulis tidak lupa menyampaikan
ucapan terimakasih kepada:
1.
Bapak Dwi Hartono, S.H.I selaku Kepala SMK Ma’arif NU Nusahada Reban
2.
Ibu Siti Muntafiah, S.P selaku Keprodi ATPH
3.
Ibu Anita Handayani, S.P.D.I
4. Bapak Subito kepala bagian Litbang
5.
Pimpinan staf PT.PAGILARAN Kabupaten
Batang
6.
Kedua orang tua yang telah mendukung dan memberi ijin
Semoga jasa beliau mendapat imbalan
serta pahala yang berlimpah dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa laporan ini
banyak kekurangan, oleh karena itu, penulis dapat berbesar hati menerima segala
bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya hasil laporan
ini dan penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang
budiman.
Reban, 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Praktik kerja industri
(PRAKERIN) di SMK Ma’arif NU Nusahada Reban
adalah salah satu program kegiatan belajar di luar ssekolah. Hal
tersebut dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pelajar SMK Ma’arif Nu
Nusahada. Sesudah pelaksanaan PRAKERIN diharapkan siswa-siswi SMK Ma’arif NU
Nusahada dapat meningkatkan keahliannya dan para siswa-siswi dapat melatih
kemandirian, disiplin waktu, dan berwawasan luas.
B. Sejarah PT. Pagilaran
Pada tahun 1840,
seorang warga negara berkebangsaan Belanda bernama E. Blink membuka tanah hutan
di dacrah Pagilaran kemudian ditanarni dcngan tans,man kina dan kopi. Ternyata
hasil yang diperoleh kurang menggembirakan. Untuk itu pada tahun 1899, diganti
dengan tanaman teh. Ternyata hasilnya lebih baik karcna keadaan alam dan tanah
di daerah Pagilaran sesuai untuk budidaya tanaman teh. Setelah mengalami
sedikit perkembangan, perkebunan tersebut diambil alih oleh Maskapai Belanda
yang berkedudukan di Semarang. Dalam kekuasaan Belanda ini perkebunan teh
mengalami perkembangan pesat. FIal ini terbukti clengan adanya penambahan areal
perkebunan, yaitu dengan cara melelang taneh di sekitarnya.Pada tahun 1920
Maskapai Belanda mengalami kebakaran sehingga usaha dankegiatannya berhenti
total. Akhirnya pada tahun 1922 perkebunan tch ini dibeli oleh bangsa Inggns
yang kemudian diadakan perbaikan kembali. Pada tahun 1928 oleh Inggris
perkebunan Pagilaran digabungkan dengan P & T Lands (Pemanukan dan
Tiiasem). Pada masa penggabungan ini dimulailah pembangunan sarana kabel ban
untuk memperrrudah pengangkutan pucuk teh dari kebun ke pabrik pengolahan teh.
Oleh karena Inggris kalah dengan Jepang dalam perang Asia Timur Raya" maka
perkebunan dikuasai oleh Jepang dan tanaman perkebunan diganti dengan tanaman
pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan tentara Jepang dalam perang Dunia II.
Pada tahun 1947 - 1949 perkebunan dikuasai oleh Bangsa Inggris lagi, kemudian
dilakukan pembangunan dengan peralatan lama yang masih tersisa akibat perusakan
Jepang. Pada tahun 1964 melalui Surat Keputusan Menteri PTIP, Prof. Ir. Toyib
Hadiwijaya perkebunan diserahkan kepada Universitas Gadjah Mada untuk dijadikan
sarana pendidikan dan penelitian mahasiswa. Selanjutnya nama perusahaan diganti
dengan Perusahaan negara (PN) Pagilaran dan pengelolaannya diserahkan kepada
Fakultas Pertanian UGM . Untuk mengenangnya maka tanggal 23 Mei dijadikan hari
lahirnya PT Pagilaran. Pada tanggal 1 Januari 1974 status perusahaan diganti
dari PN Pagilaran menjadi PT Perkebunan Perindustrian Perdagangan dan
Konsultasi pr pagiraran. PT Pagilaran mendapatkan tugas dari Pemerintah untuk
mengembangkan perkebunan dengan pola PIR (Perkebunan Inti Rakyat) sejak tahun
1985/1986 sampai dengan sekarang dengan areal yang tersebar di beberapa
propinsi ( DIY, Jawa Tengah dan JawaTimur).
C.
Tujuan
Praktik Kerja Industri
Maksud
dan tujuan dari Praktik Kerja Industri (Prakerin) SMK Ma’arif Nu Nusahada Reban
Kabupeten Batang, adalah:
1.
Mengembangkan potensi diri dengan melihat, mendengar dan mengerjakan
sendiri suatu pekerjaan dan menyelesaikannya dan tentunya melatih tanggung
jawab atas pekerjaan yang di berikan kepada kita.
2.
Memiliki motivasi berprestasi tinggi agar di terima di dunia kerja
yang penuh persaingan.
3.
Memperoleh life skill yang
sesuai dengan tuntutan dunia usaha/industri.
4.
Memiliki rasa percaya diri tinggi dalam dunia kerja.
5.
Menambah wawasan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
D.
Hasil
yang diharapkan
1. Siswamengerti tentangpekerjaan yang ada di PT Pagilaran.
2. Siswadapat mengetahui cara budidaya,
perawatan dan pemanenan tanaman Teh.
3. Siswa dapat melatih mental bekerja dan rasa
percaya diri.
4. Siswa mengerti tentang macam-macam teknik
perbanyakan tanaman hortikultura.Siswa mengerti tentang carabermasyarakat yang baik dan benar.
5. Siswa mengerti tantang cara berkomunikasi
sesama pekerja dan komunikasi antara atasan kerjadenga baik.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pengertian
Tanaman Teh
Nama latin tanaman teh adalah Camelia sinennsis. Tanaman teh adalah
salah satu tanaman perkebunan yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan
minuman dengan nama yang sama. Tanaman ini mengandung zat antioksidan yang
tinggi, sehingga sangat baik digunakan sebagai obat awet muda. Teh sendiri
merupakan tanaman yang berasal dari pegunungan antara RRC bagian selatan dan
Tibet. Ia mulai masuk ke Indonesia sejak tahun 1610 dibawa oleh para pedagang
China yang berkunjung ke Indonesia.
B.
Klasifikasi
Tanaman Teh
Tanaman teh tergolong ke dalam
family Solanaceae dan secara lengkap diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotiledonae
Ordo : Parietales
Family : Theaceae
Genus : Camellia
Nama Latin atau Spesies : Camellia sinensis
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotiledonae
Ordo : Parietales
Family : Theaceae
Genus : Camellia
Nama Latin atau Spesies : Camellia sinensis
C.
Jenis
Tanaman Teh
Berikut jenis-jenis teh di Indonesia beserta
manfaatnya.
1. Teh Hijau
Teh hijau diperoleh tanpa proses
fermentasi (oksidasi enzimatis), yaitu dibuat dengan cara menginaktifkan enzim
fenolase yang ada dalam pucuk daun teh segar, dengan cara pemanasan sehingga
oksidasi terhadap katekin (zat antioksidan) dapat dicegah dan kandungan gizi
atau nutrisi serta vitaminnya yang tinggi tetap dapat terjaga dengan baik.
Pemanasan dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu dengan udara kering (pemanggangan/sangrai) dan pemanasan basah
dengan uap panas (steam). Teh hijau memiliki kandungan gizi sangat tinggi. Teh
hijau kaya akan vitamin C yang dapat meningkatkan kekebalan dan menjaga
kesehatan tubuh. Flouride yang terkandung di dalamnya juga membantu memperkuat
tulang dan mencegah kerusakan gigi.
2. Teh Hitam
Teh hitam merupakan daun teh
yang paling banyak mengalami pemrosesan fermentasi, bila dibandingkan teh
oolong, teh hijau, dan teh putih. Sehingga dapat dikatakan pengolahan teh hitam
dilakukan dengan fermentasi penuh. Tahap pertama, daun diletakkan di rak dan
dibiarkan layu selama 14 sampai 24 jam. Kemudian daun digulung dan dipelintir
untuk melepaskan enzim alami dan mempersiapkan daun untuk proses oksidasi, pada
tahap ini daun ini masih berwarna hijau.
Setelah proses penggulungan,
daun siap untuk proses oksidasi. Daun diletakkan di tempat dingin dan lembab,
kemudian proses fermentasi berlangsung dengan bantuan oksigen dan enzim. Proses
fermentasi memberi warna dan rasa pada teh hitam, dimana lamanya proses
fermentasi sangat menentukan kualitas hasil akhir. Setelah itu, daun dikeringkan
atau dipanaskan untuk menghentikan proses oksidasi untuk mendapatkan rasa serta
aroma yang diinginkan.
Di dunia barat, teh hitam
seringkali dicampur dengan beberapa jenis daun dan menghasilkan beberapa varian
minuman teh hitam. Dengan campuran tertentu, teh hitam bisa mengandung rasa
buah dan bahkan rasa pedas. Teh hitam dikenal membantu mengurangi resiko
stroke. Kandungan antioksidannya membantu mengurangi pembekuan pembuluh darah.
3. Teh Oolong
Teh oolong diproses secara semi
fermentasi dan dibuat dengan bahan baku khusus, yaitu varietas tertentu seperti
Camellia sinensis varietas Sinensis yang memberikan aroma khusus. Jenis teh
oolong, belum begitu populer dibandingkan dengan jenis teh hijau atau teh
hitam. Kebanyakan daun teh oolong dihasilkan perkebunan teh di Cina dan Taiwan,
oolong dalam bahasa Cina berarti naga hitam karena daunnya mirip naga hitam
kecil yang tiba-tiba terbangun ketika diseduh, tetapi saat ini teh oolong telah
diproduksi di Indonesia, seperti Jawa Oolong, Olong Bengkulu, dan Olong Organik
Banten.
Teh oolong memiliki rasa kuat
dan aroma yang sangat harum seperti buah-buahan. Setelah diminum, teh ini akan
memberikan efek nyaman dan senang. Beberapa variasi teh oolong di Indonesia
adalah Teh Oolong Melati, Teh Olong Puncak Es, Teh Oolong Batu Wuyi, dan Teh
Oolong Bulu Kepiting.
Bahan baku teh oolong diambil
dari 3 daun teh teratas, yang dipetik tepat pada waktunya, yaitu pada saat
tidak terlalu muda dan juga tidak terlalu tua. Proses pembuatan dan pengolahan
teh oolong berada diantara teh hijau dan teh hitam, dimana teh oolong
dihasilkan melalui proses pemanasan yang dilakukan segera setelah proses
penggulungan daun, dengan tujuan untuk menghentikan proses fermentasi, oleh
karena itu teh oolong disebut sebagai teh semi fermentasi.
4. Teh Putih
Teh putih terbuat dari daun teh
yang masih sangat muda dan terletak di bagian bawah pohon yang dipetik dan
dipanen sebelum benar-benar mekar. Teh putih terkenal sebagai dewa dewinya teh
karena diambil dari kuncup daun terbaik dari setiap pohonnya, dan disebut teh
putih karena ketika dipetik kuncup daunnya masih ditutupi seperti rambut putih
yang halus. Daun teh yang dipetik adalah pucuk daun yang muda, kemudian
dikeringkan dengan metode penguapan (steam dried) atau dibiarkan kering oleh
udara (air dried).
Daun teh putih adalah daun teh
yang paling sedikit mengalami pemrosesan dari semua jenis teh, sedangkan teh
jenis yang lain umumnya mengalami empat sampai lima langkah pemrosesan. Dengan
proses yang lebih singkat tersebut, kandungan zat katekin pada teh putih adalah
yang tertinggi, sehingga mempunyai khasiat yang lebih ampuh dibanding teh jenis
lainnya.
Karena tidak melalui proses
fermentasi, atau hanya mendapat fermentasi alamiah kecil dan karena proses
alam, daun teh putih mengandung berbagai senyawa kimia yang membantu melawan
kanker. Seduhan teh ini memiliki warna putih keperakan, berbau harum dan manis,
serta rasa yang segar. Beberapa variasi teh putih diantaranya adalah Jarum
Perak, Peony Putih, dan Jarum Perak Melati.
Pucuk daun muda (kuntum daun
yang baru tumbuh) tidaklah dioksidasi. Pucuk-pucuk ini dihindarkan dari sinar
matahari demi mencegah pembentukan klorofil, karenanya teh putih diproduksi
lebih sedikit dibandingkan jenis teh lain, dan akibatnya harga teh menjadi
lebih mahal bila dibandingkan teh lainnya.
Seperti halnya teh oolong,
selama ini teh putih hanya diproduksi oleh perkebunan teh di China dan Taiwan,
tetapi saat ini teh putih telah mulai diproduksi di Indonesia oleh 3 perkebunan
teh yaitu : (1) PT. Chakra di Ciwidey, Jawa Barat dengan nama Oza Premium White
Tea; (2) PTPN VIII di Garut, Jawa Barat; serta (3) PTPN XII di Wonosari, Jawa
Timur. Manfaat teh putih: menekan sel kanker, mencegah obesitas, menangkal
radikal bebas lebih baik dari jenis teh lain, mencegah penuaan, mencegah
masalah kulit, melangsingkan tubuh.
5. Teh herbal
Teh herbal bukan berasal dari
Camillia sinensis (tanaman teh). Walaupun bukan tergolong teh dalam pengertian
teknis,namun teh herbal tetap menawarkan banyak manfaat kesehatan.
Jika dicampurkan dengan berbagai
bahan organik, seperti buah berry dan kelopak bunga mawah, teh herbal mampu
mengurangi stres, membantu pencernaan, dan punya banyak kandungan antioksidan.
Kita tahu bahwa antioksidan mampu mengusir radikal bebas sehingga tubuh jauh
dari penyakit termasuk kanker. Teh herbal tidak mengandung kafein. Sehingga
bisa dinikmati sepanjang hari hingga waktu tidur karena teh ini tak akan
mengacaukan jam tidur malam.
6. Teh merah Bunga
Rosella
Terbuat dari bunga rosella merah
yang telah dikeringkan. Seduhan dari bunga rosella kering ini dan bercitara
rasa sedikit asam. Manfaat teh bunga rosella : ini mampu mengatasi batuk, asam
urat, kolesterol, hipertensi, radikal bebas, dan penyegar (tonik).
Selain itu, berdasarkan
penelitian ilmiah yang dilakukan ilmuwan Sudan, rosela merah juga berkhasiat
untuk menurunkan tekanan darah, antikejang saluran pernapasan, anticacing
(antelmintik), dan antibakteri.
7. Teh Chamomile
Teh chamomile tergolong teh yang
dibuat dari bunga-bungaan, sama seperti teh bunga lavender. Bunga chamomile
memiliki aroma yang sangat harum dan termasuk ke dalam keluarga daisy. Teh ini
membantu mengatasi masalah sakit gigi, insomnia, kram otot, dan membantu
mengurangi pembengkakan (inflamasi) pada iritasi kulit.
Teh Chamomile terbuat dari teh
hijau atau teh hitam yang diproses atau dicampur dengan bunga. Teh bunga yang
paling populer adalah teh melati yang merupakan campuran teh hijau atau teh
oolong yang dicampur bunga melati.
8. Teh Kuning
Sebutan untuk teh berkualitas
tinggi yang disajikan di istana kaisar atau teh yang berasal dari daun teh yang
diolah seperti teh hijau tapi dengan proses pengeringan yang lebih lambat.
Itulah jenis-jenis teh yang ada
di Indonesia. Teh-teh tersebut bisa kita dapatkan di berbagai swalayan atau supermarket,
tentunya dengan beranekaragam kemasan seusai pilihan penikmatnya.
D.
Syarat tumbuh tanaman teh
Tanaman teh karena berasal dari sub
tropis, maka cocok ditanam di daerah pegunungan. Garis besar syarat tumbuh
untuk tanaman teh adalah kecocokan iklim dan tanah.
Iklim
Faktor iklim yang harus diperhatikan
seperti suhu udara yang baik berkisar 13 - 15 derajat C, kelembaban relatif
pada siang hari > 70%, curah hujan tahunan tidak kurang 2.000 mm, dengan
bulan penanaman curah hujan kurang dari 60 mm tidak lebih 2 bulan. Dari segi
penyinaran sinar matahari sangat mempengaruhi pertanaman teh. Makin banyak
sinar matahari makin tinggi suhu, bila suhu mencapai 30 derajat C pertumbuhan
tanaman teh akan terlambat.
Pada ketinggian 400 – 800 m
kebun-kebun teh memerlukan pohon pelindung tetap atau sementara. Disamping itu
perlu mulsa sekitar 20 ton/ha untuk menurunkan suhu tanah. Suhu tanah tinggi
dapat merusak perakaran tanaman, terutama akar dibagian atas. Faktor iklim lain
yang harus diperhatikan adalah tiupan angin yang terus menerus dapat
menyebabkan daun rontok. Angin dapat mempengaruhi kelembaban udara serta
berpengaruh pada penyebaran hama dan penyakit.
Tanah
Tanah yang cocok untuk pertumbuhan
tanaman teh adalah tanah yang serasi. Tanah yang serasi adalah tanah yang
subur, banyak mengandung bahan organik, tidak terdapat cadas dengan derajat
keasaman 4,5 – 5,6. Tanah yang baik untuk pertanaman teh terletak di
lereng-lereng gunung berapi dinamakan tanah Andisol. Selain Andisol terdapat
jenis tanah lain yang serasi bersyarat, yaitu Latosol dan Podzolik. Kedua jenis
tanah ini terdapat di daerah yang rendah di bawah 800 m dpl. Dalam rangka
pembukaan dan pengelolaan kebun perlu dilakukan survei tanah agar diketahui
klasifikasi kesesuaian tanah dan kemampuan lahan. Kesesuaian tanah yang ada
dibagi kedalam kategori I, II, dan III. Sedangkan kemampuan lahan menghasilkan
peta yang berisi kemiringan lahan, ketebalan tanah, peta kemampuan lahan dan
peta rekomendasi penggunaan lahan.
Elevasi
Sepanjang iklim dan tanah serasi
bagi pertanaman teh, elevasi tidak menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan
tanaman teh. Terdapat kaitan antara elevasi dan unsur iklim seperti suhu udara.
Makin rendah elevasi pertanaman, suhu udara akan makin tinggi. Oleh sebab itu
pada daerah rendah diperlukan pohon pelindung untuk mempengaruhi suhu udara
menjadi lebih rendah sehingga tanaman teh tumbuh baik. Menurut keserasian
elevasi di Indonesia terdapat tiga daerah, yaitu:
1. Daerah rendah < 800 m di atas
permukaan laut
2. Daerah sedang 800 – 1.200 m di atas permukaan laut
3. Daerah tinggi > 1.200 m di atas permukaan laut
Pengaruh suhu udara sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh sehingga mutu yang dihasilkan tergantung dari tempat teh itu ditanam. Umumnya aroma teh yang dihasilkan pada daerah tinggi lebih baik daripada daerah rendah. Perkebunan teh di Indonesia terdapat pada keserasian elevasi cukup luas, sekitar 400-2000 m dpl.
2. Daerah sedang 800 – 1.200 m di atas permukaan laut
3. Daerah tinggi > 1.200 m di atas permukaan laut
Pengaruh suhu udara sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh sehingga mutu yang dihasilkan tergantung dari tempat teh itu ditanam. Umumnya aroma teh yang dihasilkan pada daerah tinggi lebih baik daripada daerah rendah. Perkebunan teh di Indonesia terdapat pada keserasian elevasi cukup luas, sekitar 400-2000 m dpl.
BAB III
PELAKSANAAN
A. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan praktik kerja industri
dilaksanakan selama dua bulan, mulai tanggal 29 Januari 2016 sampai dengan 29
Maret 2016.
B. Tempat Dan Skala
Produksi
PT.
PAGILARAN
KEC. BLADO KAB. BATANG PROV. JAWA TENGAH
1.Gambaran Umum Wilayah
Ø
Lokasi :Dukuh Pagilaran, Desa Pagilaran Kecamatan
Blado Kabupaten Batang, Jawa Tengah
Ø
Luas lahan : Kurang lebih 1.113.838 ha
Ø
Ketinggian tempat : 800-1600 Mdpl
Ø
Suhu udara : 15-22
Derajat Celcius
Ø
Kemiringan : 1 s/d 35 %
Ø
Jenis tanah : Andosol, Latosol dan Podsolik
Ø
Curah hujan : 4000-6000
mm/Tahun
Ø Jenis tanaman terdiri dari: Teh, kopi, kina, cengkeh, saman
2. Latar
Belakang
· Membangun
dan mengembangkan usaha-usaha yang berkelanjutan yang berbasis pertanian dalam arti luas.
· Membangun
usaha-usaha yang bermanfaat baik finansial maupun non finansial bagi pemangku
kepentingan (pemilik, pengelola, pegawai, karyawan, mitra usaha) serta
masyarakat luas utamanya dalam penyediaan lapangan kerja.
· Mengutamakan
tercapainya manfaat yang proporsional baik yang menyangkut aspek ekonomis,
pembelajaran pertanian dalam arti luas, konservasi sumberdaya lahan dan
penyediaan lapangan kerja.
· Menciptakan
dan memenuhi kebutuhan konsumen akan produk dan jasa yang berkualitas dengan
layanan yang profesional.
· Mengembangkan
rekayasa produksi dan pemasaran produk sendiri maupun produk perkebunan
Indonesia pada umumnya yang memenuhi standar kualitas yang sesuai dengan segmen
pasar.
· Mengembangkan
dan dan mengaktualisasikan kemampuan kewirausahaan untuk mengembangkan usaha
pertanian secara eketif dan efisien.
· Mengembangkan
jejaring hubungan kemitraan dan persahabatan keluarga besar PT.Pagilaran dan
mitra usahanya dalam rangka pengembangan usaha PT. Pagilaran yang lestari.
3. Sejarah
Berdirinya PT. PAGILARAN
Pada tahun 1840, seorang warga negara berkebangsaan Belanda bernama E. Blink
membuka tanah hutan di daerah Pagilaran kemudian ditanarni dengan tanaman kina
dan kopi. Ternyata hasil yang diperoleh kurang menggembirakan. Untuk itu pada
tahun 1899, diganti dengan tanaman teh. Ternyata hasilnya lebih baik karcna
keadaan alam dan tanah di daerah Pagilaran sesuai untuk budidaya tanaman teh.
Setelah
mengalami sedikit perkembangan, perkebunan tersebut diambil alih oleh Maskapai
Belanda yang berkedudukan di Semarang. Dalam kekuasaan Belanda ini perkebunan
teh mengalami perkembangan pesat. FIal ini terbukti clengan adanya penambahan
areal perkebunan, yaitu dengan cara melelang taneh di sekitarnya.
Pada
tahun 1920 Maskapai Belanda mengalami kebakaran sehingga usaha dan kegiatannya
berhenti total. Akhirnya pada tahun 1922 perkebunan tch ini dibeli oleh bangsa
Inggns yang kemudian diadakan perbaikan kembali. Pada tahun 1928 oleh Inggris
perkebunan Pagilaran digabungkan dengan P & T Lands (Pemanukan dan
Tiiasem). Pada masa penggabungan ini dimulailah pembangunan sarana kabel ban
untuk memperrrudah pengangkutan pucuk teh dari kebun ke pabrik pengolahan teh.
Oleh karena Inggris kalah dengan Jepang dalam perang Asia Timur Raya" maka
perkebunan dikuasai oleh Jepang dan tanaman perkebunan diganti dengan tanaman
pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan tentara Jepang dalam perang Dunia II.
Pada
tahun 1947 - 1949 perkebunan dikuasai oleh Bangsa Inggris lagi, kemudian
dilakukan pembangunan dengan peralatan lama yang masih tersisa akibat perusakan
Jepang. Pada tahun 1964 melalui Surat Keputusan Menteri PTIP, Prof. Ir. Toyib
Hadiwijaya perkebunan diserahkan kepada Universitas Gadjah Mada untuk dijadikan
sarana pendidikan dan penelitian mahasiswa. Selanjutnya nama perusahaan diganti
dengan Perusahaan negara (PN) Pagilaran dan pengelolaannya diserahkan kepada
Fakultas Pertanian UGM . Untuk mengenangnya maka tanggal 23 Mei dijadikan hari
lahirnya PT Pagilaran. Pada tanggal 1 Januari 1974 status perusahaan diganti
dari PN Pagilaran menjadi PT Perkebunan Perindustrian Perdagangan dan
Konsultasi pr pagiraran. PT Pagilaran mendapatkan tugas dari Pemerintah untuk
mengembangkan perkebunan dengan pola PIR (Perkebunan Inti Rakyat) sejak tahun
1985/1986 sampai dengan sekarang dengan areal yang tersebar di beberapa
propinsi ( DIY, Jawa Tengah dan JawaTimur).
Dengan adanya dukungan yang kuat tersebut PT Pagilaran membangun pabrik
pengolahan di unit-unit plsama yaitu :
1. Unit Produksi Kaliboja di Kabupaten
Pekalongan, Jawa Tengah
2. Unit Produksi Jatilawang di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah
3. Unit Produkis Sidoharjo di Kabupaten Batang, Jawa Tengah
4. Unit Produksi Samigaluh di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta
2. Unit Produksi Jatilawang di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah
3. Unit Produkis Sidoharjo di Kabupaten Batang, Jawa Tengah
4. Unit Produksi Samigaluh di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta
4. Tujuan
Ø
Menjadi perusahaan perkebunan
dalam arti luas dengan kinerja yang produktif, yang dapat tumbuh pada aras
yang tinggi, melalui pilihan penerapan teknologi dan
sistem pengelolaan yang efektif dan efisien.
Ø
Menjadi pelopor dalam usaha
perkebunan sebagai pengejawantahan sinergi kerja penelitian Fakultas
Pertanian UGM dan kegiatan usaha perusahaan melalui kajian
nalar krida-krida teknologi produksi dan pengolahan, berikut pengembangan
penerapannya, dan secara nyata menyumbang temuan pengetahuan baru dan
terobosan teknologi baru berikut kesesuaian penerapannya.
Ø
Menjadi percontohan bagi
masyarakat pelaku usaha perkebunan dan obyek studi bagi kalangan akademik
melalui kegiatan usaha yang produktif, kesesuaian pemanfaatan teknologi
dan tindakan konservatif terhadap sumberdaya lahan.
C.
Sistem Pelaksanaan
Metode yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang dilakukan
dalam Praktik Kerja Industri ini terdiri
dari kegiatan langsung (praktik lapangan, observasi, wawancara) dan tidak
langsung (studi kepustakaan). Metode diambil dari pertimbangan efektivitas
pelaksanaan praktik kerja industri, sehingga tujuan yang telah ditentukan dapat
tercapai. Metode metode yang dilakukan antara lain:
1.Praktik langsung
Yaitu dengan ikut serta dalam
kegiatan yang dilaksanakan di PT. PAGILARAN
2.Observasi
Yaitu tehnik pengambilan data dan informasi yang
dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan perncatatan terhadap objek yang
diamati.
3.Wawancara
Yaitu teknik
pengambilan data dan informasi dengan cara bertanya langsung kepada petani dan
pengelola usaha tani.
4. Studi perpustakaan
Yaitu dilakukan dengan
membaca pustaka atau literatur yang terkait dengan kegiatan yang dilakukan
D. Prosedur
A.
Prosedur/Skema Proses Produksi/Teknis Budidaya
1. Memilih Bibit Teh Unggul
Untuk mendapatkan bibit teh yang baik, kita bisa mendapatkannya dari
perkebunan-perkebunan pemerintah ataupun dari
para petani teh. Tetapi bisa juga kita bibitkan sendiri dengan cara
membiarkan tanaman yeh hidup dengan rimbun tanpa dipoyong, nantinya akan
mengeluarkan biji yang bisa kitaambil untuk pembibitan.
Biji-biji teh harus disortir sebelum dijadikan bibit, biasanya biji yang
jelek seperti biji bekas diserang kepik biji dengan ciri permukaan biji
berbintik-bintik dengan warna coklat muda, dan keadaan biji yang telah lapuk
atau busuk karena diserang jamur atau karena bekas luka-luka.
Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK), Gambung-Jawa Barat telah
menghasilkan klon-klon teh unggul yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian.
Pada tahun 1988 melapas jenis klon teh yang memilliki potensi hasil4.000 kg/ha
teh kering dan tahan terhadap penyakit cacar.
Selanjutnya pada tahun 1998 Menteri Pertanian kembali melepas enam klon teh unggul yaitu
GMB 6, GMB 7, GMB 8, GMB 9, GMB 10 dan GMB 11 yang memiliki sifat-sifat hampir
sama dengan klon sebelumnya yang membedakan adalah memiliki potensi hasil lebih
tinggi hingga mencapai 5.500 kg/ha.
Klon anjuran
untuk:
dataran rendah: TRI 2024, TRI 2025,
SKM 116, SKM 123, PS 125, CIN 176
dataran sedang: TRI 2024, TRI 2025,
PS 18, KP4, CIN 123
dataran tinggi: CIN 123, TRI 2024,
TRI 2025, Kiara 8, PS 1
2. Menanam Bibit
·
Penanaman baru ( new
planting ) pada lahan yang belum
diusahakan
·
Sulaman ( infilling
) pada tanah kosong, bekas tanaman
yang mati
·
Penanaman ulang ( replanting
) pada lahan bekas kebun teh
teknik menanam teh yang baik agar hasilnya mendapatkan hasil yang
maksimal. Perihal yang cukup penting diperhatikan adalah :
Iklim
Pohon teh walaupun dapat ditanam di
dataran rendah hal ini kurang baik dibanding tanaman teh yang ditanam di daerah
dataran tinggi. sebab pohon teh sangat membutuhkan curah hujan yang cukup
tinggi, yaitu, rata-rata per tahunnya 2000 mm – 2500 mm, sedangkan untuk musim
kemarau berkisar 100 mm.
Walaupun pohon teh sangat baik ditanam di dataran tinggi tapi mesti
diketahui, bila pohon teh ditanam didataran yang terlalu tinggi maka hasilnya
kurang maksimal, pertumbuhannya akan terhambat (lambat). Jadi untuk ketinggian
usahakan pada posisi 800 – 1100 m dpl. Tidak boleh sampai melebihi 1200 m dpl.
Suhu yang baik untuk tanaman teh yaitu berkisar 14° - 25°C.
Tanah
Faktor tanah dalam pertumbuhan tanaman teh sama halnya dengan tanaman yang
lain, merupakan sesuatu yang sangat penting, sebab itu sifat tanah harus yang
gembur, subur, bisa meresap air sampai ke dalam, dan sirkulasi air lancar. Agar
mendapatkan media tanam seperti itu kita harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
Mengadakan terasering pada tanah yang cukup curam. Pada tanah yang tidak
terlalu curam bisa ditanam jenis-jinis pupuk hijau berderet rapat menurut
tranche diantara deretan tanaman pokok.
Membuat rorak-rorak dengan maksud supaya air yang mengalir di permukaan
tanah dapat ditampung dan untuk selanjutnya melalui rorak itu masuk ke dalam
tanah. Oleh karena itu, maka air yang mengalir di dalam tanah tak akan
mengakibatkan erosi. Lalu penanaman pohon jenis leguminosa yang berbentuk pohon
bisa pula memperbaiki phisik dari tanah. Sebab pohon ini perakarannya dapat
menembus kedalam tanah sampai jauh.
3. Merawat Tanaman Teh
Perawatan terdiri atas:
·
Penyiraman
·
Penyulaman
·
Penyiangan
·
Pemupukan
·
Pemangkasan
·
Kubur ranggas
·
Kerik lumut
·
penggarpuan
·
Pengendalian hama dan penyakit
·
Pengaturan naungan
4. Pemanenan/pemetikan tanaman teh
Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh
yang memenuhi syarat-syarat pengolahan. pemetikan berfungsi pula sebagi usaha
membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara
berkesinambungan. Panjang pendeknya periode pemetikan ditentukan oleh umur dan
kecepatan pembentukan tunas, ketinggian tempat, iklim dan kesehatan tanaman.
Pucuk teh di petik dengan periode antara 6-12 bulan. Teh hijau Jepang dipanen
dengan frekuensi yang lebih lama yaitu
55 hari sekali. Di samping faktor luar dan dalam, kecepatan pertumbuhan
tunas baru dipengaruhi oleh daun-daun yang tertinggal pada perdu yang biasa
disebut daun pemeliharaan. Tebal lapisan daun pemeliharaan yang optimal adalah
15-20 cm, lebih tebal atau lebih tipis dari ukuran tersebut pertumbuhan akan
terhambat. kecepatan pertumbuhan tunas akan mempengaruhi beberapa aspek
pemetikan, yaitu: jenis pemetikan, jenis petikan, daur petik, pengaturan areal
petikan, pengaturan tenaga petik, dan pelaksanaan pemetikan.
Beberapa istilah perlu diketahui baik dalam pemetikan
maupun dalam menentukan rumus-rumus pemetikan. Istilah-istilah tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Peko adalah
kuncup tunas aktif berbentuk runcing yang terletak pada ujung pucuk, dalam
rumus petikan tertulis dengan huruf p.
2. Burung
adalah tunas tidak aktif berbentuk titik yang terletak pada ujung pucuk dalam
rumus petik tertulis dengan huruf b.
3. Kepel adalah dua daun awal yang keluar dari
tunas yang sebelahnya tertutup sisik. Sisik ini segera berguguran apabila daun
kepel mulai tumbuh. Mula-mula tumbuh daun kecil berbentuk lonjong, licin, tidak
bergerigi, biasa disebut kepel ceuli. Selanjutnya kepel ceuli diikuti oleh
pertumbuhan sehelai daun kepel yang lebih besar yang disebut kepel licin.
Setelah daun-daun ini terbentuk, baru diikuti oleh pertumbuhan daun yang
bergerigi atau normal. Daun kepel ini dalam rumus petikan ditulis dengan huruf
k.
4. Daun biasa/normal adalah daun yang tumbuh
setelah terbentuk daun-daun kepel, berbentuk dan berukuran normal serta sisinya
bergerigi. Dalam rumus petik ditulis dengan angka 1,2,3,4 dan seterusnya
tergantung beberapa helai daun yang terdapat pada pucuk tersebut.
5. Daun muda
adalah daun yang baru terbentuk tetapi belum terbuka seluruhnya, dan dalam
rumus pemetikan ditulis dengan huruf m mengikuti angka (1m, 2m, 3m).
6. Daun tua
adalah daun yang berwarna hijau gelap, terasa keras, dan bila dipatahkan
berserat. Dalam rumus pemetikan ditulis dengan huruf t mengikuti angka (1t, 2t,
3t).
7. Manjing
adalah pucuk yang telah memenuhi syarat sesuai dengan sistem pemetikan yang
telah ditentukan.
Macam dan rumus petikan adalah
sebagai berikut:
1. Petikan
imperial: bila yang dipetik hanya kuncup peko (p + 0).
2. Petikan
pucuk pentil: bila yang dipetik peko dan satu lembar daun dibawahnya (p + 1m).
3. Petikan
halus: bila yang dipetik peko dengan satu lembar atau dua lembar daun burung
dengan satu lembar daun muda (p + 1m, b + 1m).
4. Petikan
medium: bila yang dipetik peko dengan dua lembar atau tiga lembar daun muda dan
pucuk burung dengan satu, dua atau tiga lembar daun muda ( p + 2m, p + 3m, b +
1m, b + 2m, b + 3m).
5. Petikan
kasar: bila yang dipetik dengan tiga lembar daun tua atau lebih daun burung
dengan satu, dua, tiga lembar daun tua (p + 3, p + 4, b + 1t, b + 2t, b + 3t).
6. Petikan
kepel: bila daun yang ditinggalkan pada perdu hanya kepel (p + n/k, b + n/k).
Panen/pemetikan pucuk teh dapat
digolongkan menjadi 2 golongan petikan, yaitu:
![]() |
1. Petikan jendangan
Pemetikan jendangan ialah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah
tanaman dipangkas, untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan
lapisan daun pemeliharaan yang cukup, agar tanaman mempunyai potensi produksi
yang tinggi.
·
dilakukan pada
tanaman yang baru dipangkas
·
bidang petikan 3-5
kali pada ketinggian yang sama
·
bidang petikan
sejajar dengan permukaan tanah
2. Petikan
produksi
Pemetikan produksi dilakukan terus
menerus dengan daur petik tertentu dan jenis petikan tertentu sampai tanaman
dipangkas kembali. Pemetikan produksi yang dilakukan menjelang tanaman
dipangkas disebut “petikan gendesan”, yaitu memetik semua pucuk yang memenuhi
syarat untuk diolah tanpa memperhatikan daun yang ditinggalkan (Kartawijaya,
1978).
· dimulai setelah 3-5 kali petikan jendangan
· standar petikan adalah
medium: p+2t atau p+3m dan burung muda (bm)
halus: p+1t, p+2m, bm
kasar:p+3t, p+4m, bm
medium: p+2t atau p+3m dan burung muda (bm)
halus: p+1t, p+2m, bm
kasar:p+3t, p+4m, bm
Produk Teh Berdasarkan Proses Pengolahan
· Teh Hitam > fermentasi penuh
· Teh Oolong > fermentasi sebagian
· Teh Hijau > tanpa fermentasi

Pengolahan Teh
Hitam
Tujuan Pengolahan
·
seduhannya
mempunyai rasa yang enak
·
warna yang segar
(tidak kusam)
·
aroma yang harum
·
bentuknya relatif
seragam
·
dapat disimpan
dalam waktu yang lama
Mutu teh
dipengaruhi:
·
tujuan pabrik
------ ekspor/lokal
·
standar petikan
------halus/kasar
·
ketinggian dari
muka laut, dataran rendah menghasilkan teh yang hitam dengan pengeritingan baik
·
jenis klon
·
pelayuan, terlalu
layu akan menghasilkan pengeriting yang kurang baik & cepat menjadi bubuk
·
penggilingan,
pengepresan ringan menghasilkan teh yang besar dan kasar
5.
Pascapanen/pengolahan tanaman teh
Pengolahan daun teh dimaksudkan untuk mengubah
komposisi kimia daun teh segar secara terkendali, sehingga menjadi hasil olahan
yang memunculkan sifat-sifat yang dikehendaki pada air seduhannya, seperti
warna, rasa, dan aroma yang baik dan disukai. Bahan kimia yang terkandung dalam
daun teh terdiri dari empat kelompok yaitu subtansi fenol (catechin dan
flavanol), subtansi bukan fenol (pectin, resin. vitamin, dan mineral), subtansi
aromatik dan enzim-enzim.
Tahapan Pengolahan:
Pengangkutan
Pengangkutan bahan baku yang perlu
diperhatikan:
·
tumpukan pucuk
selama pengangkutan aerasi yang cukup
·
benturan mekanis
diusahakan serendah mungkin
·
hindari adanya
panas matahari yang langsung mengenai pucuk
Pelayuan
Tujuan:
- mengurangi kadar air sampai tingkat layu tertentu
- elemaskan daun sehingga digiling tidak pecah
- meletakkan dasar-dasar fermentasi
- mengurangi kadar air sampai tingkat layu tertentu
- elemaskan daun sehingga digiling tidak pecah
- meletakkan dasar-dasar fermentasi
Kondisi Pelayuan:
- lingkungan: T, RH, Volume dan Laju udara
- pucuk daun: KA, mutu (analisis petikan)
- lingkungan: T, RH, Volume dan Laju udara
- pucuk daun: KA, mutu (analisis petikan)
Alat:
Withering Trough (palung pelayuan)
T = ± 27oC, (beda Tbk-Tbb) = 3-4 oC
laju = 30000 cfm
tebal hamparan ±25 cm (±30 kg/m2)
T = ± 27oC, (beda Tbk-Tbb) = 3-4 oC
laju = 30000 cfm
tebal hamparan ±25 cm (±30 kg/m2)
Prinsip Pelayuan: melewatkan udara hangat melalui daun
teh sampai mencapai derajat layu tertentu
Derajat layu: perbandingan antara berat daun layu dengan berat daun segar
dalam satuan persen
layuan ringan : KA 57-60 % DL 40-43 %
layanan sedang : KA 54-56 % DL 44-46 %
layanan berat : KA 50-53 % DL 47-50 % Tanda-tanda pucuk layu:
layuan ringan : KA 57-60 % DL 40-43 %
layanan sedang : KA 54-56 % DL 44-46 %
layanan berat : KA 50-53 % DL 47-50 % Tanda-tanda pucuk layu:
·
apabila
dikepal-kepal menjadi bola
·
apabila diraba
seperti meraba sapu tangan sutera
·
apabila diremas
tidak menimbulkan bunyi patah
·
tulang muda dapat
dilenturkan tanpa patah
·
apabila tangan
ditekankan akan meninggalkan bekas
·
aromanya tercium
sedap berbeda dengan daun segar atau kurang layu
Penggilingan
·
Dilakukan 3-4
tahap, tergantung skema gilingannya
·
Tiap tahap
penggilingan diikuti dengan pengengayakan (sortasi basah)
Tujuan:
- memecahkan dinding sel pucuk teh sehingga cairan sel bercampur dengan enzim dan udara luar
- menggulung daun agar menjadi keriting
- mengecilkan ukuran daun
- meletakkan dasar bagi proses fermentasi
- memecahkan dinding sel pucuk teh sehingga cairan sel bercampur dengan enzim dan udara luar
- menggulung daun agar menjadi keriting
- mengecilkan ukuran daun
- meletakkan dasar bagi proses fermentasi
Prinsip kerja: gerak putar silinder di atas meja untuk
menggulung, memeras, memotong
Menurut gerakannya : double dan single action
Menurut fungsinya:
1. Open Top Roller
(OTR)
·
terdiri dari
silinder dan meja
·
tanpa tekanan dan
menggulung
2. Press Cap Roller
(PCR)
·
terdiri dari
silinder dan meja
·
dengan penekanan
(press)
·
menggulung dan
memeras
3. Rotor Vane (RV)
·
terdiri dari
silinder horisontal, poros/rotor, kipas pendorong, kipas penahan, plat ujung
dan ulir
·
memotong atau
mengecilkan ukuran
·
Skema Giling I :
OTR - PCR - PCR - RV II : OTR - PCR - RV - PCR III : OTR - RV - PCR - PCR
·
Contoh: PTP XVIII
Jolotigo, PTP VIII Cisarua à skema giling berat (OTR - PCR - RV - RV)
Sortasi Basah (Pengayakan)
Tujuan : memisahkan bagian yang halus (bubuk) dan
bagian yang kasar (badag) sehingga diperoleh bubuk yang seragam, supaya hasil
fermentasi sempurna dan pengeringan dapat merata
Alat Pengayak
DIBN (double india breaker natsorteedeer)
saringan (7 - 7 - 6 - 6 - 5 - 5) - gerakan secara
rotari
RRB (rotary roll breaker)
hampir sama dg DIBN, beda ukuran mesh
saringan ( 5 - 6 - 6) atau (6 - 6 - 7)
Bagan Proses Penggilingan dan Sortasi Basah

Fermentasi
Berlangsung sejak pucuk mengalami
giling I dan berakhir ketika masuk kedalam mesin pengeringan
Proses:
senyawa polifenol ------ theaflavin, thearubigin oksidasi
Theaflavin:
- warna senduhan teh kuning
- menentukan karakter – brightness - dan briskness
Thearubigin:
- warna seduhan teh merah kecoklatan - membentuk kemantapan seduhan –body- atau –strength
senyawa polifenol ------ theaflavin, thearubigin oksidasi
Theaflavin:
- warna senduhan teh kuning
- menentukan karakter – brightness - dan briskness
Thearubigin:
- warna seduhan teh merah kecoklatan - membentuk kemantapan seduhan –body- atau –strength
Tujuan : untuk memperoleh aroma, rasa dan warna air
seduhan seperti yang dikehendaki, sebagai akibat reaksi kimia yang terjadi
selama fermentasi
Kondisi Fermentasi:
-suhu ruang : 20 -28 o C
- suhu lapisan bubuk: 26 - 28 o C
- RH udara: 90 - 95%
- pengabutan (mist spraying), air humidifier
- lama fermentasi: 2 - 3.5 jam sejak masuk giling I
- alat: baki aluminium
- tebal hamparan tidak lebih dari 7 cm
Kondisi Fermentasi:
-suhu ruang : 20 -28 o C
- suhu lapisan bubuk: 26 - 28 o C
- RH udara: 90 - 95%
- pengabutan (mist spraying), air humidifier
- lama fermentasi: 2 - 3.5 jam sejak masuk giling I
- alat: baki aluminium
- tebal hamparan tidak lebih dari 7 cm
Pengendalian Proses Fermentasi:
- mengupayakan suhu bubuk tidak terlalu tinggi
- memberikan RH sekitar bubuk hampir jenuh
- menyediakan oksigen yang cukup dengan aerasi
- memabatasi waktu fermentasi
- mengupayakan suhu bubuk tidak terlalu tinggi
- memberikan RH sekitar bubuk hampir jenuh
- menyediakan oksigen yang cukup dengan aerasi
- memabatasi waktu fermentasi
Pengeringan
Tujuan:
- menghentikan proses fermentasi
- untuk memperoleh hasil akhir berupa teh kering yang tahan lama disimpan, mudah diangkut dan diperdagangkan
- menghentikan proses fermentasi
- untuk memperoleh hasil akhir berupa teh kering yang tahan lama disimpan, mudah diangkut dan diperdagangkan
Prinsip: Menghembuskan udara panas
melewati hamparan teh yang telah difermentasi, udara yang paling panas
bersentuhan dengan bubuk teh yang paling kering
Faktor:
1. Suhu dan volume udara yang dihembuskan
2. Jumlah input bubuk basah
3. Waktu pengeringan (kecepatan gerak tray)
1. Suhu dan volume udara yang dihembuskan
2. Jumlah input bubuk basah
3. Waktu pengeringan (kecepatan gerak tray)
Alat: ECP-6 (two stage/three stage drier), Fluid bed
drier (FBD)
Kondisi:
- T inlet 93 - 94 oC, T outlet 50 oC, lama 20 - 25 menit
- tebal hamparan bubuk (0.5 - 1 cm), badag (2 - 3 cm)kapasitas (two stage) output per jam : 274 - 300 kg
- kadar air teh kering 2.5 - 3 % Case hardening: bagian luar bubuk teh sudah kering, bagian dalam masih basah.
- T inlet 93 - 94 oC, T outlet 50 oC, lama 20 - 25 menit
- tebal hamparan bubuk (0.5 - 1 cm), badag (2 - 3 cm)kapasitas (two stage) output per jam : 274 - 300 kg
- kadar air teh kering 2.5 - 3 % Case hardening: bagian luar bubuk teh sudah kering, bagian dalam masih basah.
Sortasi Kering
Proses pengolahan lanjutan untuk klasifikasi jenis dan mutu teh kering
Proses pengolahan lanjutan untuk klasifikasi jenis dan mutu teh kering
Tujuan:
- membersihakan teh kering dari potongan serat dan batang
- memisahkan jenis-jenis mutu teh sesuai ukuran yang dikehendaki pasar - apabila diperlukan harus pula memperkecil partikel teh
- membersihakan teh kering dari potongan serat dan batang
- memisahkan jenis-jenis mutu teh sesuai ukuran yang dikehendaki pasar - apabila diperlukan harus pula memperkecil partikel teh
Alat :
1. Bubble tray (memisahkan bubuk kasar dan halus)
2. Chota ( mengelompokkan berdasarkan ukuran partikel)
3. Vibro screen (pemisahan powdery dari bubuk teh)
4. Fibrex (membersihkan serabut)
5. Winnower (memisahkan berdasarkan berat jenis)
6. Cutter (memotong bubuk menjadi lebih kecil) 7. Chrusher (memperkecil bubuk kasar)
1. Bubble tray (memisahkan bubuk kasar dan halus)
2. Chota ( mengelompokkan berdasarkan ukuran partikel)
3. Vibro screen (pemisahan powdery dari bubuk teh)
4. Fibrex (membersihkan serabut)
5. Winnower (memisahkan berdasarkan berat jenis)
6. Cutter (memotong bubuk menjadi lebih kecil) 7. Chrusher (memperkecil bubuk kasar)
Sortasi gagal apabila:
- permukaan teh tidak mengkilat
- perubahan warna hitam menjadi kelabu
- ukuran partikel tidak merata dan masih banyak serat, tangkai dan debu
- permukaan teh tidak mengkilat
- perubahan warna hitam menjadi kelabu
- ukuran partikel tidak merata dan masih banyak serat, tangkai dan debu
Analisa Mutu
Tujuan: menentukan mutu, mengetahui
dan memeriksa kesalahan-kesalahan proses pengolahan
Pengujian dilakukan terhadap:
1.Kenampakan (appearance): warna, keseragaman bentuk teh
2. Sifat Seduhan (liquor): warna, rasa dan aroma
3. Sifat Ampas Teh (infused leaf): warna ampas teh
1.Kenampakan (appearance): warna, keseragaman bentuk teh
2. Sifat Seduhan (liquor): warna, rasa dan aroma
3. Sifat Ampas Teh (infused leaf): warna ampas teh
Pemutuan
Jenis-jenis mutu:
1. Mutu Fancy (leaf grade) * P (pekoe) * FP (flower pekoe) * OP (orange pekoe) * S (souchong) * PS (pekoe souchong)
2. Mutu Pertama (first grade) * BOP (broken orange pekoe) * BOPF (broken orange pekoe fanning) * PF (pekoe fanning) * DUST
3. Mutu Kedua (second grade) * PF 2 * DUST 2 * DUST 3
4. Mutu lokal/sisa (off grade) * Bohea (batang tua dan serat) * Kawul Note: pekoe (teh daun), broken (teh remuk), dust (teh hancur)
1. Mutu Fancy (leaf grade) * P (pekoe) * FP (flower pekoe) * OP (orange pekoe) * S (souchong) * PS (pekoe souchong)
2. Mutu Pertama (first grade) * BOP (broken orange pekoe) * BOPF (broken orange pekoe fanning) * PF (pekoe fanning) * DUST
3. Mutu Kedua (second grade) * PF 2 * DUST 2 * DUST 3
4. Mutu lokal/sisa (off grade) * Bohea (batang tua dan serat) * Kawul Note: pekoe (teh daun), broken (teh remuk), dust (teh hancur)
BAB
IV
PEMBAHASAN
A. KRITERIA
PANEN TEH
a.Tanaman
teh telah berumur 30-31 bulan setelah tanam
b.Jumlah
daun pada pucuk-pucuk daun antara 4-6 helai
c.Bidang
petik 60-75 cm, ketinggian jumlahnya hingga 60%
B.ALAT
PEMANENAN
a.Keranjang
tampung
Digunakan untuk menampung hasil petikan pada pemanenan secara manual.
b.Pisau
petik
Digunakan untuk memetik pucuk teh dengan kualitas di bawah hasil petikan
dengan tangan.
c.Mesin
pemetik teh
Digunakan untuk memetik daun teh dengan cepat tetapi dengan kualitas yang
rendah.
C.PROSES
PANEN
Ada 3 macam macam petikan teh diantaranya ;
a.Petikan
Jendangan
Petikan pertama setelah pangkasan untuk membentuk bidang petik agar
datar dan rata
b.Petikan
Produksi
Petikan produksi dilakukan setelah petikan jendangan.Cara pemetikan produksi
adalah sebagai berikut ;
1.
Tunas yang melewati bidang petik dan memenuhi rumus petik harus diambil
sedangkan tunas yang melewati bidang petik tetapi belum memenuhi rumus
petik dibiarkan.
2.
Tunas yang terlalu muda harus diambil/dipetik.
3.
Semua pucuk burung diambil.
4.
Tunas yang menyamping dan tingginya tidak melebihi bidang pangkas
dibiarkan.
c.Petikan
Gandesan
Dilakukan di kebun yang akan dipangkas dengan cara memetik semua pucuk tanpa
melihat rumus petik.Waktu pemetikan daun teh didasarkan pada daur petik. Daur
petik merupakan jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan
berikutnya,dihitung dalam hari.Panjang pendeknya daur petik tergantung pada
kecepatan pertumbuhan pucuk. Kecepatan pertumbuhan pucuk dipengaruhi oleh:
a. Umur
pangkas
Semakin tua
umur pangkas, semakin lambat pertumbuhan, sehingga daur petik lebih panjang.
b. Iklim
Pada musim
kemarau, pertumbuhan tunas semakin lambat sehingga daur petik lebih panjang.
Sebaliknya, pada musim penghujan, pertumbuhan tunas semakin cepat sehingga daur
petik menjadi lebih pendek.
c. Elevasi
atau ketinggian tempat
Semakin
tinggi letak kebun dari permukaan laut, semakin lambat pertumbuhan, sehingga
semakin panjang daur petik.
d. Kesehatan
tanaman
Jika kondisi tanaman teh semakin sehat, semakin cepat pertumbuhan pucuk
sehingga semakin pendek daur petiknya.
Sedangkan untuk bagian tanaman teh yang di petik diantaranya ;
1. Pucuk
peko
Pucuk peko
adalah kuncup tunas aktif berbentuk runcing yang terletak pada ujung pucuk.
Pucuk ini akan mengalami dormansi setelah menghasilkan 4-7 pucuk. Di dalam
pucuk peko terkandung banyak senyawa katekin yang belum mengalami degradasi
sehingga dapat menghasilkan teh yang berkualitas baik.
2. Pucuk
burung
Pucuk burung
adalah tunas tidak aktif yang berbentuk titik yang terletak pada ujung pucuk.
Pada periode ini pucuk in-aktifmereduksi atau memperlambat
pertumbuhan. Pucuk burung sering terbentuk jika pemupukan tanaman kurang dan
ketersediaan air yang kurang.
3. Pucuk
nagog
Pucuk nagog
adalah pucuk yang tumbuh dari pucuk burung. Biasanya pucuk ini baru muncul
setelah 90 hari.
4. Pucuk
atau cabang cakar ayam
Pucuk atau cabang cakar ayam adalah pucuk yang pertumbuhan tunas dari ketiak
daunnya lebih dari satu dan berada di atas bidang petik. Biasanya, pertumbuhan
pucuk ceker ayam ini tidak akan stabil.
Pemetikan dapat dilakukan secara manual (menggunakan tangan) atau pun mekanik
(menggunakan gunting maupun mesin). Teknik pemetikan ini berpengaruh terhadap
daur petik tanaman teh. Dengan menggunakan tangan, gilir petiknya adalah 10-14
hari, dengan menggunakan gunting, gilir petiknya adalah 18-20 hari serta dengan
menggunakan mesin, gilir petiknya adalah 25-30 hari. Manfaat pemetikan
menggunakan gunting diantaranya adalah kapasitas pemetikan yang lebih tinggi
dan dapat menekan dan mengurangi populasi hama dan penyakit pada daun teh.
Kelemahan yaitu mutu petikan cenderung menjadi kasar terutama pada awal-awal
pemakaian. Sedangkan jika menggunakan mesin, kapasitas pemetikan dengan
menggunakan mesin lebih tinggi daripada pemetikan dengan menggunakan tangan dan
gunting. Pemetikan menggunakan mesin hanya dilakukan jika jumlah pucuk yang
harus dipetik melimpah dan tidak sesuai dengan jumlah tenaga pemetik yang ada.
Pemetikan
manual dilakukan oleh para pemetik teh. Pemetik teh tersebut harus memahami
cara pemetikan teh, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memetik teh
adalah:
a. Berjajar
menurut kontur tanaman
b. Mengambil
semua pucuk yang posisisnya ada diatas bidang petik
c. Mengambil
semua burung yang posisinya ada di atas bidang petik, yang muda dikumpulkan
sebagai hasil petik, yang tua dibuang
d. Tidak
melakukan pemetikan yang ada di dalam bidang petik karena akan mengakibatkan
pertumbuhan tanaman tidak sehat
e. Tidak
melakukan pemetikan ditepi tanaman yang posisisnya belum melebihi bidang petik
agar bidang petik tidak saling menutup yanh bisa menyebabkan produksi pucuk
menurun
f. Mengambil
atau memetik pucuk tanggung yang posisinya sejajar dengan pucuk yang masuk
petik
g. Mengambil
pucuk yang pertumbuhanya mengelompok mengarah pada cakar ayam agar tidak
megganggu pertumbuhan pucuk lainnya
BAB IV
PENUTUP
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia
adalah negara yang sangat berpotensi mengembangkan sektor pekebunan. Salah satu
tananman perkebunan
adalah teh (Camellia sinensis.) karena
indonesia mempunyai iklim yang cocok untuk budidaya teh.
B.
Saran
Sebelum
melakukan budidaya tanaman teh lebih baik kita memahami teknis dasar dalam melakukan
budidaya teh.Jika
kita tidak memahami teknis dasarnya maka mempengaruhi hasil produktivitas tanaman teh tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar